Sejarah radio adalah sejarah teknologi
yang menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang radio.
Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data
yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi
frekuensi (FM). Metode pengiriman sinyal seperti ini disebut analog.
Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi ditemukanlah internet, dan
sinyal digital yang kemudian mengubah cara transmisi sinyal radio.
Dasar teori dari perambatan gelombang elektromagnetik pertama kali
dijelaskan pada tahun 1873 oleh James Clerk Maxwell dalam papernya di
Royal Society mengenai teori dinamika medan elektromagnetik berdasarkan
hasil kerja penelitian yang dikerjakan antara antara 1861 dan 1865.
Untuk pertama kalinya, Heinrich Rudolf
Hertz membuktikan teori Maxwell yaitu antara 1886 dan1888, melalui
eksperimen. Dia berhasil membuktikan bahwa radiasi gelombang radio
memiliki sifat-sifat gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian),
dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan
(dirumuskan) ke dalam persamaan gelombang.
Radio digunakan untuk menyalurkan perintah
dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak
pada Perang Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan
diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania.
–Sejarah Radio di Indonesia–
Radio siaran di
Indonesia semasa penjajahan Belanda dahulu mempunyai status swasta.
Karena sejak adanya BRV tadi, maka muncullah badan-badan radiosiarn
lainnya Nederlandsch Indische radio Omroep Mij ( NIROM) di jakarta,
Bandung dan Medan, Solossche Radio Vereniging (SRV) di Surakarta,
Mataramse Verniging Voor Radio Omroep (MAVRO) di Jogjakarta, Verniging
Oosterse Radio Luisteraars (VORO) di Bandung, Vereniging Voor Oosterse
Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chineese en Inheemse Radio Luisteraars
Vereniging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep
(EMRO) di Madiun, Radio Semarang di Semarang dll.
Di Medan, selain NIROM, juga terdapat radio swasta Meyers Omroep Voor
Allen (M.O.V.A), yang di usahakan oleh tuan Meyers, dan Algeemene
Vereniging Radio Omroep Medan (VROMA). Diantara sekian banyak badan
radio siaran tersebut, NIROM adalah yang terbesar dan terlengkap, oleh
karena mendapat bantuan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.
Perkembangan NIROM yang pesat itu disebabkan pula keuntungannya yang
besar dalam bidang keuangan yakni dari “pajak radio”. Semakin banyak
pesawat radio dikalangan masyarakat, semakin banyak uang yang diterima
oleh NIROM. Dengan demikian, NIROM dapat meningkatkan daya pancarnya,
mengadakan stasiun-stasiun relay, mengadakan sambungan telepon khusus
dengan kota-kota besar, dll.
Pada waktu itu terdapat saluran telepon khusus antara Batavia, Bogor,
Sukabumi, Bandung, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang,Solo, Jogja,
Magelang, Surabaya, Malang yang jumlahnya kira-kira 1.200.000 meter
saluran telepon untuk memberi modulasi kepada pemancar-pemancar di
kota-kota itu. Dengan Demikian NIROM dapat mengadakan siaran sentral
dari Semarang, Bandung, Surabaya, Yogja ataupun Solo.
Munculnya perkumpulan-perkumpulan radio siaran dikalangan bangsa
Indonesia disebabkan kenyataan, bahwa NIROM memang dapat bantuan dari
pemerintah Hindia Belanda itu lebih bersifat perusahaan yang mencari
keuntungan finansial dan membantu kukuhnya penjajahan di Hindia Belanda.
Pada saat itu pemerintah penjajahan Belanda menghadapi semangat
kebangsaan di kalangan penduduk pribumi yang berkobar sejak tahun 1908,
lebih-lebih setelah tahun 1928.
Sebagai pelopor timbulnya radio siaran usaha bangsa Indonesia ialah
Solosche Radio Vereniging (SRV) yang didirikan pada tanggal 1 april
1933. Dalam hubungan dengan itu patut di catat nama Mangkunegoro VII
seorang bangsawan Solo dan seorang Insinyur bernama Ir.Sarsito
Mangunkusumo yang berhasil mewujudkan SRV itu.
Sejak tahun 1933 itulah berdirinya badan-badan radio siaran lainnya,
usaha bangsa Indonesia di berbagai kota besar seperti disebutkan diatas,
berdirinya SRV, MARVO, VORL, CIRVO, EMRO, dan radio Semarang itu pada
mulanya dibantu oleh NIROM,oleh karena NIROM mendapat bahan siaran yang
bersifat ketimuran dari berbagai perkumpulan tadi. Tetapi kemudian
ternyata NIROM merasa khawatir perkumpulan-perkumpulan radio ketimuran
tadi membahayakan baginya.
Pada tahun 1936 terbetik berita, bahwa mulai tahun 1937 “Siaran
Ketimuran seluruhnya akan dikuasai oleh NIROM sendiri”. Ini berarti
bahwa mulai tahun 1937 subsidi dari NIROM akan dicabut, setidk-tidaknya
akan dikurangi, karena NIROM tidak akan lagi merelay siaran-siaran radio
milik pribumi, setidak-tidaknya kalau terpaksa merelay hanya sedikit
sekali. Seperti diketahui subsidi NIROM itu semula diberikan berdasarkan
perhitungan jam-merelay.
Berita itu cukup menggemparkan orang-orang radio diluar NIROM, karena
pencabutan subsidi itu akan melemahkan badan-badan radio siaran
bersangkutan.
Memang adalah maksud NIROM yang bersandarkan kekuatan penjajahan itu
untuk mematikan perkumpulan-perkumpulan radio siaran ketimuran.
Pada tanggal 29 Maret 1937 atas usaha anggota Volksraad M.Sutarjo
Kartokusumo dan seorang Insinyur bernama Ir.Sarsito Mangunkusumo
diselenggaraka suatu pertemuan antara wakil-wakil radio ketimuran
bertempat di Bandung wakil-wakil yang mengirimkan utusannya ialah : VORO
(Jakarta), VORL (Bandung), MAVRO (Jogyakarta), SRV (Solo), dan CIRCO
(Surabaya), pertemuan hari itu melahirkan suatu badan baru bernama :
PERIKATAN PERKUMPULAN RADIO KETIMURAN (PPRK) sebagai ketuanya adalah :
Sutarjo Kartohadikusumo.
Tujuan PPRK yang non-komersial itu bersifat “Sociaal kultureel”
semata-mata memajukan keseniaan dan kebudayaan nasional guna kemajuan
masyarakat Indonesia, rohani dan jasmani.
Pada tanggal 7 Mei 1937 atas usaha PPRK diadakan pertemuan dengan
pembesar-pembesar pemerintahan untuk membicarakan hubungan antara PPRK
dengan NIROM. Pertemuan itu menghasilkan suatu persetujuan bersama,
bahwa PPRK menyelenggarakan siaran ketimuran, NIROM menyelenggarakan
segi tehniknya.
Sejak itu PPRK berusaha keras agar PPRK dapat menyelenggarakan
sendiri sepenuhnya tanpa bantuan dari NIROM.Disebabkan situasi semakin
panas oleh api perang di Eropa yang menyebabkan Negeri Belanda dalam
keadaan sulit yang membutuhkan bantuan rakyat jajahannya, maka
pemerintah Hindia Belanda menjadi agak lunak.
Seperti diketahui, tanggal 1 September 1939 Jerman dibawah pimpinan
Adolf Hitler menyerbu Polandia yang menyebabkan timbulnya perang dunia
II, dan kemudian pada tahun 1940 Jerman menduduki Denmark, Norwegia,
Belgia dan Negeri Belanda.
Pada tanggal 1 November 1940 tercapailah tujuan PPRK yakni menyelenggarakan siaran yang pertama dari PPRK.
Radio Sebagai Alat Propaganda Untuk Memenangkan Perang
Patut diketahui lebih dahulu, bahwa berbeda dengan jaman Hindia
Belanda yang hanya terdapat satu Pemerintah Sipil, maka pada jaman
Jepang terdapat tiga pemerintahan militer pendudukan, yakni :
Tentara ke-16 dipulau Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia (kemudian dinamakan Jakarta)
Tentara ke-25 dipulau Sumatera dengan pusatnya di Bukit tinggi.
Armada Selatan ke-2 di Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya di Makasar (Ujung Pandang).
Di Jawa tugas memulihkan ketertiban dan keamanan serta menanamkan
kekuasaan yang sementara lowong itu diserahkan kepada suatu pemeritahan
militer yang disebut Gunseibu, masing-masing meliputi Jawa Barat dengan
pusatnya di Bandung;Jawa Tengah dengan Pusatnya di Semarang dan Jawa
Timur dengan pusatnya diSurabaya. Disamping itu dibentuk dua daerah
istimewa yang disebut Koci, yaitu Surakarta dan Yogyakarta. Tata
pemerintahan Militer Jepang ini turut mempengaruhi juga perkembangan
sejarah radio di Indonesia yang sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang
di Jawa terdapat beberapa stasiun radio, baik semi pemerintah (NIROM)
maupun swasta ketimuran (PPRK), yaitu di Jakarta dan pusat-pusat daerah
militer lainnya, Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, dan Yogya.
Kota-kota ini, mestinya juga menjadi pusat atau penyalur-penyalur
propoganda Jepang menguasai Indonesia, semua sarana komunikasi massa
seperti surat kabar,majalah, kantor berita, film dsb. Dikuasai dan
dikendalikan oleh penguasa Militer untuk kepentingan perang;lebih-lebih
radio yang pada masa itu merupakan sarana komunikasi massa yang palaing
ampuh. Perkumpulan-perkumpulan atau organisasi penyiaran radio
dibebarkan dan Jepang membentuk sebuah jawatan yang khusus mengurus
siaran radio, dengan nama Hoso Kanri Kyoku, beserta cabang-cabangnya
yang dinamakan Hoso Kyoku. Pusatnya tetap di Batavia yang kemudian
dinamakan Jakarta dan cabang-cabangnya berada di Bandung,Semarang,
Yogyakarta, Surakarta, Surabaya kemudian ditambah di Purwokerto dan
Malang.
Sampai 6 bulan pertama sejak Jepang menduduki Indonesia Hoso Kyoku
Jakarta memang masih menyelenggarakan siaran dalam bahasa Belanda
disamping mengusahakan siaran-siaran dalam bahasa Inggris, Prancis dan
Arab.Tetapi setelah itu siaran-siaran dalam bahasa Belanda dihapuskan
sama sekali, bersamaan dengan kebijaksanaan yang mereka tempuh dibidang
pendidikan, yaitu melarang sama sekali penggunaan bahasa Belanda dan
asing lainnya di sekolah-sekolah. Sebaliknya penggunaan bahasa Indonesia
dikembangkan karena bahasa Indonesia dijadikan satu-satunya bahasa yang
digunakan disekolah-sekolah atau kantor-kantor. Bukan hanya itu; nama
toko perdagangan umumnya,nama-nama tempat umum seperti tempat renang,
stadion, taman dsb serta nama-nama jalan yang semula menggunakan bahasa
Belanda atau bahasa asing lainnya, diganti denagn nama Indonesia atau
Jepang.
Selanjutnya ditanamkan pula Busyido Seisyin atau semangat kesatria
Jepang yang taat dan hormat kepada orang tua, pemimpin dan akhirnya
kepada raja. Usaha itu antara lain dilakukan dengan latihan kemiliteran
dan pendidikan jasmani. Ber-taiso atau senam pagi secara masal bahkan
dikomando melalui radio dari Jakarta yang disiarkan secara sentral
dilakukan serntak oleh murid-murid sekolah dasar, pelajar-pelajar
sekolah lanjutan, pegawai-pegawai kantor pemerintah dan swasta serta
masyarakat umum, setiap pagi sebelum mulai belajar atau bekerja. Acara
siaran ini disebut “Radio Taiso”.
PEMBAGIAN RADIO
~Radio AM
Ketika radio AM umum digunakan, Armstrong menemukan
bahwa masalah lain radio terletak pada jenis sinyal yang ditransmisikan.
Pada saat itu gelombang audio ditransmisikan bersama gelombang radio
dengan menggunakan modulasi amplitudo (AM). Modulasi ini sangat rentan
akan gangguan cuaca. Pada akhir 1920-an Armstrong mulai mencoba
menggunakan modulasi dimana amplitudo gelombang penghantar (radio)
dibuat konstan. Pada tahun 1933 ia akhirnya menemukan sistem modulasi
frekuensi (FM) yang menghasilkan suara jauh lebih jernih, serta tidak
terganggu oleh cuaca buruk.Sayangnya teknologi ini tidak serta merta
digunakan secara massal. Depresi ekonomi pada tahun 1930-an menyebabkan
industri radio enggan mengadopsi sistem baru ini karena mengharuskan
penggantian transmiter dan receiver yang memakan banyak biaya. Baru pada
tahun 1940 Armstrong bisa mendirikan stasiun radio FM pertama dengan
biayanya sendiri. Dua tahun kemudian Federal Communication Comission
(FCC) mengalokasikan beberapa frekuensi untuk stasiun radio FM yang
dibangun Armstrong. Perlu waktu lama bagi modulasi frekuensi untuk
menjadi sistem yang digunakan secara luas. Selain itu hak paten juga
tidak kunjung didapatkan oleh Armstrong.
~Radio FM
Radio FM (modulasi frekuensi) bekerja dengan prinsip
yang serupa dengan radio AM, yaitu dengan memodulasi gelombang radio
(penghantar) dengan gelombang audio. Hanya saja, pada radio FM proses
modulasi ini menyebabkan perubahan pada frekuensi.Frustasi akan segala
kesulitan dalam memperjuangkan sistem FM, Armstrong mengakhiri hidupnya
secara tragis dengan cara bunuh diri. Beruntung istrinya kemudian
berhasil memperjuangkan hak-hak Armstrong atas penemuannya. Barulah pada
akhir 1960-an FM menjadi sistem yang benar-benar mapan. Hampir 2000
stasiun radio FM tersebar di Amerika, FM menjadi penyokong gelombang
mikro (microwave), pada akhirnya FM benar-benar diakui sebagai sistem
unggulan di berbagai bidang komunikasi .
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_radio
http://duniagus.blogspot.com/2008/08/perkembangan-radio.html
Sumber : http://edizmykirakawan.wordpress.com/2011/11/27/sejarah-perkembangan-radio/